ANAK SERING MENGOMPOL

Ketika mendapati anaknya masih mengompol, banyak orang tua yang bertindak untuk menghentikan kebiasaan buruk itu. Meskipun tujuannya baik, tidak semuanya tepat. Berikut adalah tiga kesalahan yang paling umum dilakukan:

1. Membangunkan anak

Beberapa orang tua membangunkan anak mereka di malam hari untuk mengarahkannya ke toilet. Mereka berusaha mencegah agar anaknya tidak bangun hanya setelah dia mengompol. Membangunkan anak seperti itu mengganggu kenyenyakan tidurnya.  Padahal, tidur nyenyak sangatlah penting bagi anak usia sekolah. Kelelahan yang berlebihan dan tidur yang terganggu dapat menurunkan daya memori dan konsentrasinya. Hal ini dapat menurunkan prestasi belajar dan berdampak negatif pada harga diri anak.
Para ahli meragukan efektivitas membangunkan anak di malam hari untuk mencegah mengompol. Anak hanya dapat menahan diri dari mengompol bila memiliki kesadaran sendiri untuk pergi ke toilet. Jika anak masih mengantuk tetapi dibawa ke toilet, dia tidak akan belajar. Para ahli bahkan menduga bahwa pola tidur yang terganggu justru dapat menjadi sebab mengompol.

2. Menghukum anak

Menghukum atau memarahi anak yang mengompol bukanlah tindakan yang tepat. Anda juga sebaiknya tidak membandingkannya dengan anak-anak lain atau saudaranya, misalnya dengan berkata: “Kakakmu di usiamu sudah tidak mengompol!”. Persaingan anak itu hanya menambah tekanan dan tidak membantu memperbaiki situasi. Anak-anak yang stres dan tertekan justru cenderung melanjutkan kebiasaan mengompolnya.
Lebih baik Anda sebagai orang tua memberikan penghargaan dan pujian setiap kali anak Anda tidak mengompol dan mencapai kemajuan. Penghargaan semacam itu meningkatkan harga diri dan memberinya kepercayaan. Anda perlu menyadari bahwa mengompol juga tidak menyenangkan baginya karena membuatnya malu dan merasa tidak nyaman.

3. Berlebihan membatasi minum

Beberapa orang tua membatasi anak agar tidak minum beberapa jam sebelum tidur. Meskipun hal ini mungkin efektif, bila pembatasannya berlebihan dapat membuat anak kehausan di malam hari sehingga mengganggu kualitas tidurnya dan merugikan kesehatannya secara umum. Daripada membatasi minum dengan ketat, sebaiknya Anda membiasakan anak untuk mengosongkan kandung kemih sebelum berangkat tidur.
Singkatnya, para orang tua sebaiknya tetap tenang dan bersabar bila anaknya masih mengompol. Dalam kebanyakan kasus, kebiasaan mengompol akan hilang sendiri ketika anak beranjak besar.
KAMI MENANGANI KASUS SEPERTI INI BAHKAN BEBERAPA SAAT YANG LALU KAMI MENANGANI 3 ANAK DIANTARANYA BERUMUR BELASAN TAHUN  TETAPI MASIH MEMPUNYAI KEBIASAAN MENGOMPOL..
SELAMA KAMI TERAPI BEBERAPA WAKTU,SEKARANG KE 3 ANAK TERSEBUT SUDAH TIDAK MENGOMPOL LAGI.......

APAKAH ANAK ANDA MENGALAMINYA JUGA??????????

DAFTARKAN SEGERA ANAK ANDA.....

HUB.
0361-8535931
08988575057
ATAU PIN BB : 32350F26


ENAM KARAKTER ANAK KITA

“Mungkinkah mengetahui dan memastikan apakah seorang anak itu bermasalah, dalam waktu 5-10 menit pertama saat kita bertemu dengannya?” Jawabannya adalah “mungkin” dan “pasti”. Pertanyaan yang sering saya ajukan kepada peserta seminar ataupun para orangtua yang sedang bersemangat belajar dan mencecar saya dengan berbagai pertanyaan seputar anaknya. Rahasia tersebut akan saya bahas sekarang, rahasia yang sering saya gunakan untuk menganalisa seorang anak. Apakah dia bermasalah, bahkan setelah mempelajarinya dengan seksama kita mampu meramal masa depan seorang anak. Wow, tenang ini bukan obral janji, tapi ini pasti. Dari hasil menangani berbagai kasus keluarga dan individu maka terbentuklah suatu pola yang akurat ditiap individu. Kebanyakan klien saya jika memiliki masalah, kebanyakan masalah tersebut dan sebagian besar masalah itu berasal dari 2 hal. Ini juga rahasia (Rahasia dari ruang terapi saya), tapi akan saya bongkar habis. Baiklah 2 hal tersebut berasal dari : Keluarga (keluarga yang membentuk masalah tersebut secara tidak sengaja). Masalah tersebut berasal dari usia 7 tahun kebawah. Keluarga, adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Dimana sebagian sampai usia 18 tahun anak-anak diIndonesia menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga. Manusia berbeda dengan binatang (maaf..) seekor anak kucing yang baru lahir, bisa hidup jika dipisahkan dari induknya, dan banyak binatang yang lain yang memiliki kemampuan serupa. Manusia tidak bisa, sampai usia 18 tahun masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang manusia tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga”. Akan sangat banyak hal yang akan dikupas dari tiap tahun kehidupan manusia dan kebutuhannya serta cara memenuhi kebutuhan tersebut, terutama aspek emosi. Saya tidak akan meneruskannya, kita akan bahas dikesempatan lainnya, kini kita kembali ke cara mengetahui ciri anak bermasalah. Usia 7 tahun kebawah? Ada apa pada usia ini? Pada masa ini kebanyakan (85%) letak masalah atau asal muasal masalah / hambatan seorang manusia tercipta. Istilah kerennya Mental Block. Karakter yang menghabat pencapaian cita-cita pribadi kita. Dan biasanya akan terasa pada usia 22 tahun ke atas. Woo… segitunya? Ya Mental Block seperti program yang seakan-akan dipersiapkan (karena ketidak sengajaan dan ketidak tahuan orangtua kita) untuk menghambat berbagai macam aspek dalam kehidupan kita. Aspek itu bisa berupa Karier (takut kaya, takut jabatan tinggi) kesehatan (tubuh gemuk, alergi) Relationship (tidak gampang cocok dengan pasangan/teman, paranoid) dan lain hal, serta masih banyak lagi. Ada apa dengan 7 tahun kebawah dan disekitar 7 tahun pertama kehidupan manusia? Baiklah saya jelaskan, pada masa ini kita membutuhkan, kebutuhan dasar Emosi yang harus terpenuhi ingat HARUS terpenuhi. Jika pada masa ini lewat dan tidak terpenuhi maka, akan terjadi Mental Block pada diri anak tersebut. Inilah asal muasal dimana Mental Block terbentuk. Karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar Emosi yang dibutuhkan seorang manusia. Kebutuhan apa yang dibutuhkan pada anak seusia itu? Sehingga fatal akibatnya (pada masa dewasa anak tersebut) jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi Ada 3 kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak usia 0 – 7 tahun bahkan lebih, cara ini adalah kunci dalam pendidikan karakter, agar karakter anak kita bisa tumbuh dan berkembang maksimal. Disamping itu ketiga hal inilah asal muasal Mental Block yang sering kali terjadi atau terasa sangat menganggu pada saat anak tersebut dewasa. Yaitu :
1. Kebutuhan akan rasa aman
2. Kebutuhan untuk mengontrol
3. Kebutuhan untuk diterima

3 kebutuhan dasar emosi tersebut harus terpenuhi agar anak kita menjadi pribadi yang handal dan memiliki karakter yang kuat menghadapi hidup. Ini akan sangat panjang sekali jika dijelaskan, nah mengingat kita membahas ciri – ciri karakter anak bermasalah maka kita akan kembali ke topic tersebut. Sebenarnya ada 6 ciri karakter anak yang bermasalah, cukup kita melihat dari perilakunya yang nampak maka, kita sudah dapat melakukan deteksi dini terhadap “musibah besar” dikehidupan yang akan datang (baca: semakin dewasa) dan secepatnnya dapat melakukan perbaikan. Inilah ciri-ciri karakter tersebut :
1. Susah diatur dan diajak kerja sama Hal yang paling Nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang. Ingat akan kebutuhan dasar manusia? Tiga hal diatas yang telah saya sebutkan, nah kebutuhan itu sedang dialami anak. Kita hanya bisa mengarahkan dan mengawasi dengan seksama.
2. Kurang terbuka pada pada Orang Tua Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.
3. Menanggapi negatif Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.
4. Menarik diri Saat anak terbiasa dan sering Menyendiri, asyik dengan duniannya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya jelaskan. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya dan sedalam-dalamnya.
5. Menolak kenyataan Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga bisa sih, kan mama da kasih contoh berulang-ulang”.
6. Menjadi pelawak Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa diterima dirumah, kemanakah orangtua?

CARA JITU UNTUK MENDIDIK KARAKTER ANAK adalah EXCELLENT KID PROGRAM

Semua anak cerdas dan unik

       

          Menurut Howard Gardner, Kederdasan manusia adalah kombinasi dari berbagai kemampuan umum dan spesifik. Oleh karena itu, Gardner membuat teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelegence) yang berbeda dengan konsep kecerdasan menurut IQ yang hanya melibatkan aspek kemampuan bahasa, logika matematika, dan kadang-kadang spasial. Menurut Gardner ada sembilan aspek kecerdasan manusia, yaitu :




  • Kecerdasan gambar atau spasial (Visual Spatial Intelligence) ; berkemampuan tinggi dalam memvisualisasikan fenomena dalam bentuk gambar, gemar menggambar, menyenangi warna, garis, membangun balok dan mampu memberikan arah dimana suatu lokasi berada. Para arsitek, pelukis, ahli desain interior, dan pilot mempunyai kecerdasan tingi dalam bidang ini.


  • Kecerdasan interpersonal (Interpersonal Intelligence) ; mudah bergaul dengan orang lain, senang mencari teman, dan senang terlibat dalam kerja kelompok atau kegiatan yang melibatkan diskusi kelompok. Mereka biasanya mudah menyelesaikan konflik dengan orang lain.


  • Kecerdasan kinestetik atau fisik (Body Kinesthetic Intelligence) ; cepat mempelajari dan menguasai kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik. Baik motorik kasar maupun halus. Mereka yang cerdas dalam bidang ini biasanya mampu menggunakan seluruh anggota tubuhnya dalam pekerjaan, pemecahan masalah, keterampilan tangan, jari, atau lengan dalam memproduksi sesuatu, seperti yang dimiliki oleh para atlet, pemain film atau drama, penari, penyulam, dan sebagainya.


  • Kecerdasan verbal – bahasa (Verbal – linguistic Intelligence) ; sangat mampu mengekspresikan pikirannya secara verbal, mudah mengingat nama atau sesuatu dan mampu menulis dengan baik. Mereka banyak mengajukan pertanyaan dan senang berdiskusi.
  • Kecerdasan intrapersonal – mengenal diri sendiri (Intrapersonal Intelligence) ; mudah mengenali perasaan diri, dapat menghayati puisi, drama, bermeditasi, jurnal, dan bercerita.


  • Kecerdasan musik (Musical intelligence) ; sangat sensitif terhadap bunyi dan cepat mempelajari berbagai jenis musik, lagu, dan alat-alat musik.
  • Kecerdasan mempelajari alam (Natural Intelligence) ; cepat mempelajari fenomena alam, biologi, mengamati dan membaca kehidupan tumbuhan, binatang, serta gemar akan kegiatan pencinta alam.


  • Kecerdasan logika – matematika (Mathematical – Logical Intelligence) ; cepat mempelajari angka, mengelompokkan membuat hipotesis, dan berpikir logika lainnya. Ilmuwan, ahli matematika, dan computer programmer adalah mereka yang cerdas dalam bidang ini.


  • Kecerdasan spiritual (Existential Intelligence) ; kemampuan untuk berpikir dalam tentang makna dan arti hidup, serta mempertanyakan “mengapa kita hidup” dan “mengapa kita mati” Di dalamnya termasuk pula kemampuan menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari keseluruhan dan saling terkait.


        Setiap anak unik karena mereka memilik kemampuan dan bakat yang berbeda-beda. Kecerdasan bukan hanya satu melainkan majemuk. Apakah mungkin seorang anak tidak punya potensi sama sekali? Tidak mungkin karena Allah menciptakan manusia dengan Maha adil. Setiap anak pasti punya bakat.
        Jadi, jika kita masih mengganggp bahwa anak yang cerdas adalah anak yang pintar dalam logika matematika dan cepat menghafal langsung, berarti anggapan kita perlu diluruskan. Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Kecerdasan apa yang dimiliki anak anda? Silakan mencari dan mengembangkannya, sehingga anak anda bisa bermanfaat dengan menggunakan kecerdasannya secara optimal.

Sumber : Character Parenting Space, Dr. Ratna Megawangi

ANAK CERDAS BUKAN DARI GEN


Anggapan bahwa kecerdasan anak hanya dapat diturunkan oleh orangtua yang juga cerdas, tampaknya harus diubah. Dengan gizi dan stimulasi yang tepat Anda pun bisa mencetak anak cerdas dan kreatif.
Penelitian menunjukkan bahwa sumbangan faktor genetis terhadap intelegensi seseorang berkisar 40-80 persen. “Kita tidak bisa mengukur berapa persentasi kecerdasan yang diturunkan. Yang pasti anak yang cerdas pun harus distimulasi kemampuan berpikirnya agar kecerdasannya muncul,” kata psikolog Roslina Verauli.
Namun bila Anda merasa kecerdasan Anda tergolong rata-rata, tak perlu khawatir nantinya si kecil otaknya kurang “encer”. Pasalnya ada faktor lain yang tak kalah penting dalam kecerdasan anak, yakni gizi dan pola asuh orangtua (lingkungan).
Gizi yang baik ibarat bahan bakar bagi otak. Perkembangan sirkuit otak sangat bergantung pada kualitas nutrisi dan stimulasi yang diberikan pada balita sejak dalam kandungan sampai usia tiga tahun pertama, atau disebut masa emas pertumbuhan (golden age period).
Cepatnya pertumbuhan sel otak manusia pada usia bayi hingga usia tiga tahun dan mencapai kesempurnaannya di usia lima tahun, membuat faktor pemenuhan gizi sebagai faktor yang vital.
“Sampai umur setahun, 60 persen energi makanan bayi digunakan untuk pertumbuhan otak,” kata dr.Soedjatmiko, Sp.A (K), dokter spesialis anak konsultas tumbuh kembang.  Oleh karena itu bayi dan balita membutuhkan banyak protein, karbohidrat, dan lemak.
Selain itu bayi dan balita membutuhkan vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat besi, seng, AA, DHA, sphyngomyelin (kompleks lipid kandungan lemak di otak), sialic acid, dan asam-asam amino seperti tyrosine dan tryptophan.
“ASI mengandung semua kebutuhan tersebut, termasuk AA, DHA,” kata Soedjatmiko, yang juga menjadi salah satu pembicara dalam acara Smart Parent Conference yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu lalu ini.
Dengan nutrisi yang seimbang, makin banyak jumlah sel-sel otak bayi. “Makin banyak kualitas percabangan sel-sel otak, makin bagus fungsi sinaps (ujung sel saraf) antara sel-sel otak, makin cerdas seorang anak,” ujar Soedjatmiko.
Stimulasi tepat
Mengingat pentingnya periode emas ini dalam masa perkembangan anak, orangtua dan guru perlu memberikan stimulasi yang cukup bagi anak. Karena hanya dengan stimulasi, perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak bisa mencapai tahap yang optimal.
Merangsang kecerdasan anak sudah bisa dilakukan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan terus menerus setiap hari dengan stimulasi yang bervariasi dan teratur, dengan merangsang otak kiri dan otak kanan bersama-sama.
“Stimulasi akan memengaruhi pertumbuhan sinaps yang membutuhkan sialic acid untuk membentuk gangliosida, yang penting untuk kecepatan proses pembelajaran dan memori,” lanjut Soedjatmiko.
Selain itu, rangsangan yang bervariasi dan dilakukan dengan kasih sayang akan melipatgandakan jumlah hubungan antar sel otak sehingga membentuk sirkuit otak yang lebih kompleks, canggih, dan kuat, sehingga kecerdasan anak semakin tinggi dan bervariasi (multiple inteligence).
Menurut Roslina Verauli, untuk memberikan stimulasi yang tepat orangtua harus peka terhadap kemampuan anak. “Ajak anak bermain sesuai dengan minatnya. Ajak pula anak melihat berbagai tempat, jangan hanya ke mal saja,” kata psikolog yang akrab di sapa Vera ini.
Vera juga menyarankan agar orangtua memberikan tempat tinggal yang kaya fasilitas penunjang kecerdasan, seperti adanya buku- buku, alat musik, juga halaman tempat anak bermain. “Bila tak punya halaman, sesekali ajak anak ke lapangan atau taman publik,” cetusnya.
Terakhir adalah stimulasi berupa pendidikan dan pelatihan yang memadai. “Selain sekolah, ikutkan anak pada kegiatan eskul. Tapi bukan les matematika, melainkan yang berkaitan dengan minat anak. Bila dua tahun tidak ada perkembangan, stop, ganti dengan eskul lain,” ujar psikolog yang sering menjadi narasumber di berbagai media ini.
# Nutrisi Otak Agar Anak Cerdas #
Agar si kecil tumbuh sehat juga cerdas maka Kebutuhan yang diperlukan antara lain Lemak Pembangunan Otak, Lemak, terutama asam lemak (DHA dan ARA), adalah salah satu nutrisi yang penting untuk pertumbuhan otak dan mata si kecil. Kekurangan kedua jenis asam lemak esensial itu saat lahir berkorelasi dengan berat badan yang rendah, lingkar kepala yang kecil, dan ukuran plasenta yang rendah. Akibatnya perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya pun turut terpengaruh. menurut suatu penelitian yang dipublikasian dalam Brithis Medical Journal, Inggris, tahun 2001.
Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, berikan ASI seoptimal mungkin untuk si kecil. Sebab ASI terbukti mengandung asam lemak yang dibutuhkan otak untuk bisa berkembang. Dari studi yang dilakukan di The University of Kentucky Chandler Medical Center, Amerika Serikat, terbukti IQ bayi yang diberi ASI jauh lebih tinggi dibanding dengan yang tidak diberi ASI. Dan, pada saat anak mulai diberikan makanan padat, kebutuhan asam lemak itu bisa Anda penuhi dengan memberikan ikan, telur bebek, susu yang diperkaya DHA dan ARA, atau minyak jagung.
Karbohidrat Bahan Bakar Otak Glukosa dari makanan yang kaya karbohidrat merupakan bahan bakar otak yang amat penting agar otak berfungsi optimal. Proses pengolahan informasi dan mengingat dapat berjalan dengan baik dengan terpenuhinya kebutuhan glukosa otak tersebut. Ini semua bisa didapatkan dengan memberikan anak berbagai jenis kacang-kacangan, kentang, buah-buahan seperti pisang, sawo, serta sayur-sayuran misalnya singkong dan daun ubi jalar.
Sedangkan untuk Protein Pembentukan Neurotransmiter adalah senyawa asam amino yang berperan terhadap proses pengolahan informasi di otak. Kadar ini sendiri amat berpengaruh terhadap seberapa banyak protein yang ada dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari Kebutuhan ini bisadidapat dari ikan, daging, keju, yogur dan kacang-kacangan Sedangkan kebutuhan Buah-buahan, Sayur-sayuran yang diperkaya antioksidan amat diperlukan untuk melindungi otak dari proses kerusakan sel-sel otak yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat, seperti proses belajarpun jadi lamban.
# Nutrisi Tepat, Anak Cerdas #
USIA balita adalah masa pertumbuhan pesat, termasuk otak yaitu organ penting sebagai pusat kontrol, berpikir, emosi, dan tingkah laku. Keberhasilan proses pertumbuhan otak dipengaruhi asupan gizi yang seimbang semasa bayi dalam kandungan, masa bayi, dan balita.
Karena itu, penerapan pola makan yang baik sudah harus dimulai sejak dini. Diketahui, kecerdasan dipengaruhi tiga hal, yaitu genetik, lingkungan, dan gizi. Kekurangan zat gizi tertentu bisa menghambat perkembangan otak dan bisa menurunkan kecerdasan anak.
Faktor gizi menjadi penting karena bersifat irreversible, jadi jika kekurangan pada masa tertentu tidak dapat pulih. Karena itu sebagai orangtua, memilih makanan terbaik dengan kandungan nutrisi seimbang dan porsi yang tepat harus dikuasai.
Pertumbuhan otak atau masa cepat tumbuh otak terjadi ketika bayi masih dalam kandungan hingga bayi berusia 18 bulan. Karena itu, ibu hamil juga harus memperhatikan asupan nutrisi yang dimakan. Perkembangan otak berlanjut di masa balita, merupakan suatu periode penting bagi proses tumbuh-kembang.
Masa pertumbuhan dan perkembangan usia balita menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal sangat dipengaruhi asupan zat gizi makanan yang dikonsumsi.
Begitu juga dengan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan anak. Sementara itu, otak janin mengalami periode pertumbuhan cepat pertama kali saat kehamilan trimester ketiga. Pada trimester ketiga ini, sel neuron (sel-sel otak) pada otak besar membelah dan membagi dengan cepat. Berbagai nutrisi berperan penting dalam pembentukan dan perkembangan otak janin yang telah dimulai pada awal kehamilan.
Kebutuhan zat gizi yang penting ditingkatkan selama kehamilan adalah karbohidrat (energi), protein, kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, seng, iodium, vitamin A, B1, B3, B6, B9 (asam folat), C, dan vitamin D. Pada trimester ketiga usia kehamilan, sangat penting mengonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi, seperti vitamin B6, seng, kalsium, zat besi, protein, dan B9.
Masa pertumbuhan emas otak tahapan kedua terjadi saat bayi baru lahir sampai usia 30 bulan. Usia bayi 0–6 bulan sangat disarankan untuk diberikan air susu ibu (ASI) eksklusif. ASI mengandung nutrisi yang cukup hingga bayi berusia enam bulan. Menginjak usia 6–30 bulan, bayi mulai diberi makanan sesuai kebutuhan tubuhnya.
# Anak cerdas dengan alunan musik #
Musik tidak sekedar hiburan yang menyenangkan untuk di dengar tetapi dari beberapa penelitian membuktikan bahwa musik juga dapat mencerdaskan anak. Alunan suara yang berirama dapat dimanfaatkan untuk merangsang janin agar kelak menjadi anak cerdas dan kreatif. Ahli lain percaya bahwa musik dapat dipakai untuk memutar janin sungsang kembali ke posisi normal. Lalu musik yang bagaimana yang dapat membuat anak menjadi cerdas? Apakah harus musik klasik yang sudah banyak diteliti?
Menurut psikolog dan terapis Dra. Louise M, MPsi, mengatakan bahwa bukan hanya musik klasik yang dapat memberikan terapi bagi janin, bayi dan anak-anak tetapi semua musik yang berirama tenang, mengalun lembut dan teratur. Dan bukan musik yang beraliran cadas atau musik metal yang membuat anak justru menjadi gelisah. Adapun untuk musik klasik memang sudah tidak diragukan lagi karena sudah banyak diteliti seperti karya Mozart dan Sebastian Bach.
Musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak. Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi ibu yang sedang mengandung untuk mendengarkan musik yang lembut atau musik klasik. Hal ini dapat dilakukan ketika sedang dalam perjalanan dalam mobil atau sambil tiduran. Ketika ibu sedang mendengarkan musik dengan nyaman maka akan membuat detak jantung dan desir aliran darah menjadi teratur sehingga emosinya menjadi stabil. Emosi yang stabil pada ibu akan membuat makan menjadi teratur dan kebutuhan nutrisi untuk bayi dapat terpenuhi dengan baik.
Mendengarkan musik klasik sebenarnya merupakan bagian dari beberapa stimulasi yang biasanya diberikan oleh ibu hamil kepada janin di dalam kandungan. Menurut guru besar Prof. Dr. Utami Munandar, stimulasi tersebut meliputi stimulasi fisik-motorik dengan “mengelus-elus” jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya. Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun.
Berbagai penelitian telah membuktikan musik Mozart dapat: 1). Menstimulasi otak kanan, meningkatkan kreatifitas berpikir, 2). Mengurangi stress dan tekanan, 3). Memelihara pikiran, tubuh dan jiwa anda, 4). Menstabilkan detak jantung, tekanan darah dan temperatur tubuh.
Efek musik Mozart pada janin dalam kandungan, bayi baru lahir, bayi dan anak-anak adalah : 1). mengatur pergerakan alami tubuh, 2). mengurangi stres & membuat bayi lebih aktif, 3). meningkatkan kestabilan emosional, 4). menstimulasi gerakan tubuh, 5). membuat tubuh menjadi lebih rileks.
Musik tidak hanya diberikan pada saat janin masih dalam kandungan tetapi setelah dilahirkan pun masih terus untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Dengan semakin bertambah usia anak-anak menyukai musik yang berdampak juga untuk tumbuh kembang masa anak-anak, remaja dan dewasa.

Golden Age & Stimulasi Otak

             Golden age atau masa emas perkembangan otak anak berlansung saat anak berusia 0 - 3 tahun. Pada masa ini, stimulasi otak mutlak diperlukan untuk membantu perkembangan otak anak. Stimulasi otak akan menjadikan sel-sel otak berkembang dengan maksimal. Dan pada ujungnya akan meningkatkan kemampuan pengetahuan anak dalam mengembangkan aktifitas berfikir mengenai segala sesuatu yang diserap melalui panca indera. 
            Secara alamiah, anak sebenarnya melakukan stimulasi otak sendiri. Saat mereka merasakan lapar, haus, atau sakit, belajar mengenali sesuatu, berdiri, berjalan, dan perkembangan alamiah lainnya. Agar lebih optimal, kita bisa membantunya dengan memberikan stimulasi tambahan. Tentu sesuai dengan tahapan perkembangan sesuai usia si kecil.

            Misalnya, pada usia 0 - 3 bulan, kita bisa memberikan stimulasi yang mengutamakan rasa nyaman, aman, dan menyenagkan. Seperti memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, dan berbicara.

Usia 3 - 6 bulan, stimulasi ditambah dengan bermain "Cilukba". Bayi dirangsang untuk tengkurap, telentang, bolak - balik, serta duduk.

Usia 6 - 9 bulan, latihlah anak bersalaman, duduk, dan berdiri sambil berpegangan, serta membacakan dongeng sebelum tidur.

Usia 9 - 12 bulan, ajari anak memanggil mama - papa atau ibu - ayah, kakak atau adik. Ajak dia bermain memasukkan mainan ke wadah, dilatih berdiri dan berjalan dengan berpegangan.

Pada usia 12 - 18 bulan, ajari anak memegang pensil dan biarkan mencoret - coret sesuka hatinya. Ajak dia bermain puzzle sederhana, memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya, serta dilatih berjalan tanpa berpegangan.

Usia 18 - 24 bulan, saat anak mulai bisa berbicara, rangsang dia dengan menanyakan, menyebutkan, dan menunjukkan bagian - bagian tubuh (mata, hidung, telinga, mulut), mengenalkan bentuk-bentuk dan benda-benda yang ada di sekitar rumah, serta ajak dia berbicara tentang kegiatan sehari - hari.

Usia 2 - 3 tahun, ajari anak untuk mengenal warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit), menyebutkan nama teman, menghitung benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan. Mulai menggambar garis, lingkaran, dan manusia, latihan berdiri satu kaki, juga dilatih buang air kecil dan besar di toilet.

Usia 3 tahun ke atas, stimulasi diarahkan pada perkembangan kemampuan untuk kesiapan sekolah. Misalnya memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana, berbagi dengan teman serta kemandirian.

LPK EXCELLENT


Fenomena yang terjadi dalam masalah pendidikan salah satunya adalah membelajarkan anak, artinya bagaimana menciptakan kondisi yang baik sehingga anak dapat berkembang secara optimal serta dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat yang selalu mengalami perkembangan. Permasalahan yang timbul sejak dahulu sampai sekarang tetap sama, yaitu bagaimana usaha yang dilakukan agar proses perkembangan anak dapat berlangsung secara efektif dan bagaimana membelajarkan siswa untuk belajar atau bagaimana cara belajar yang mendukung perkembangan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh.
Pembelajaran harus terfokus pada peserta didik, terutama kondisinya yang berbeda, dari latar belakang potensi yang dimiliki, pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini harus diperhatikan agar potensi pribadi berkembang secara wajar (potensi jasmaniah, pikir, rasa, cipta, karsa, karya dan budi pekerti), maka para ahli pendidikan memikirkan, melakukan pengkajian dan penelitian terus menerus serta menemukan pola pembelajaran yang cocok untuk mengembangkan kemampuan potensi serta individual siswa.
Strategi yang baik harus dirancang demi kelangsungan pembelajaran yang efektif dan efisien. Cara belajar yang baik dan dapat membantu siswa dalam masalah belajar sangat dibutuhkan, sehingga pembelajaran yang terjadi bisa berlangsung maksimal, Maka dengan pengajaran Genius Learning di LPK Excellent diharapkan mampu membantu anak-anak dalam masalah belajar.

Genius Learning di dalam LPK Excellent adalah suatu kegiatan untuk mengajarkan anak bagaimana cara belajar yang Efektif dan Efisien. Kegiatan- kegiatan yang ada diantaranya adalah penanaman Konsep diri positif, Self management, Meningkatkan daya Ingat, dan juga melatih Memori dengan berbagai metode pembelajaran. Dengan semua kegiatan tersebut kita berharap turut berpartisipasi untuk mendukung program pendidikan, menciptakan anak-anak yang mampu menerima segala perkembangan dan pembelajaran yang diberikan.

Beberapa keuntungan setelah Stimulasi Otak EKP adalah sebagai berikut :
·  Meningkatkan DAYA INGAT/MEMORI ( mampu belajar dalam waktu yang lebih singkat )
·  Meningkatkan KONSENTRASI ( lebih mudah konsentrasi )
·  Meningkatkan KREATIVITAS ( lebih inovatif  )
·  Meningkatkan KEMAMPUAN berolah raga ( lebih hebat dalam berolah raga )
·  Menyeimbangkan HORMON tubuh ( lebih sehat )
·  Menyeimbangkan OTAK KANAN & KIRI ( mempunyai karakter yang lebih bagus )
Permasalahan perilaku akan berkurang menjadi minimal setelah Stimulasi Otak atau Brainwave Therapy EKP. Anak yang hiperaktif akan menjadi lebih tenang, sedangkan anak yang pendiam (pasif) akan menjadi lebih aktif. Bukan menjadi dominan otak kanan/kiri, tapi akan menjadi dominan seluruh bagian otaknya. Hanya orang yang sudah distimulasi otak mampu melakukan ini. Banyak orang tua yang merasa putus asa karena tidak mampu membuat anaknya menjadi lebih tenang. Kita tahu bahwa akar permasalahannya adalah fungsi otak kita. Jika seseorang dominan otak kanan tidak akan bisa duduk berlama-lama. Kita tidak punya kontrol atas otak kiri dan kanan kecuali seluruh bagian otak kita dominan.
Orang-orang disekitar kita didominasi oleh “otak kiri” yang pada umumnya : penuh perhitungan, cemburu dan penuh kebencian. Beberapa karakter “otak kanan” adalah : cinta kasih, intuisi dan inovatif. Keinginan kita untuk memiliki lingkungan yang cerdas dan penuh cinta kasih akan menjadi nyata bila lingkungan kita didominasi oleh orang-orang yang dominan otak kiri & kanan, Kita mengharapkan perubahan bila fungsi otak kita kembali normal.


stimulasi otak / brainwave therapy

Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

Apa yang membuat manusia menemukan barang-barang termutakhir & tercanggih? Otak! Terlebih lagi, penemuan-penemuan itu membuat kehidupan dan budaya yang lebih maju dan menjawab setiap tantangan jaman. Apabila kita perhatikan gambar dibawah ini, kita bisa mengamati tentang fungsi otak dalam keseharian kita.
Mengapa harus kedua belah otak yang dibutuhkan untuk setiap tantangan yang harus dijawab oleh kita?
Karena ke-dominan-an otak kiri atau kanan akan membuat keputusan yang kurang tepat. Penggabungan kemampuan kedua belah otak inilah yang membuat proses pembelajaran kita menjadi terakselarasi cepat dan akurat. Bisa dibayangkan seorang anak mempelajari matematika tanpa mengetahui apa dan bagaimana itu akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan pekerjaan di masa depan? Bukankah kita mengharapkan bahwa pemahaman selaras dengan ilmu yang kita peroleh?
            Siapapun yang mengatakan bahwa “kurang itu adalah suatu yang lebih” pasti tidak berkaitan dengan persentase penggunaan otak kita dalam keseharian. Manusia pada umumnya punya ketergantungan pada salah satu otaknya dan menggunakan hanya 1 - 3% dari otaknya untuk hidup, bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari.Untuk perbandingan Einstein menggunakan 10% dari otaknya yang membawa dia menemukan teori relativitas! Jadi bayangkan kemampuan tidak terbatas yang kita / anak-anak bisa miliki jika kita bisa menggunakan otak kita secara keseluruhan. Kita mungkin mampu membaca, menulis, menggambar dan mengendarai sepeda dengan mata tertutup. Beberapa orang mungkin akan berkata ini tidak mungkin,tapi pada kenyataannya di EKP itu ada.
Rahasia dibalik Stimulasi Otak ini adalah: mengaktifkan keseluruhan bagian dari otak kita, juga menambah kekuatan kreativitas, daya ingat, percaya diri dan kemampuan berkonsentrasi. Dan semua itu adalah faktor kunci untuk mencapai performa yang maksimal.
Karena talenta itu tidak pernah cukup. Banyak orang di dunia ini yang berbakat, meskipun demikian tidak semua orang berbakat bisa menjadi orang sukses. Bakat perlu diasah. Untuk bisa sukses kita perlu lebih dari sekedar bakat, kita perlu latihan, kedisiplinan, keuletan dan perjuangan keras untuk mewujudkannya. Tanpa melihat kemampuan yang telah diraih setiap anak, pelatihan ini akan meningkatkan dan memperbaiki kemampuan anak-anak setelah mengikuti pelatihan ini.

Apa yang terdapat dibalik Gelombang Suara untuk Otak (Brainwave Therapy)?
Auditory System
Sistem Pendengaran adalah sistem Biologis yang rumit dan sangat dahsyat! Sistem ini memampukan otak kita menerima dan menelaah ribuan gelombang suara yang melewati telinga kita sehari-hari. Otak kita terus menerus menerima dan menerjemahkan Nerve Impulse dari berbagai indera, dan Sistem Pendengaran menerjemahkan Gelombang Suara yang lewat telinga kita untuk dimengerti Otak kita. Ini seperti Sistem Digital bagi otak kita ketika Gelombang Suara melewati telinga kita.

Memahami Sistem Pendengaran manusia merupakan topik yang panjang dan rumit. Untuk artikel yang ada, bagaimanapun, adalah penting untuk mengetahui bahwa suara yang sampai ke telinga kita diterjemahkan melaluii Nerve Impulse kita.
Otak harus menerjemahkan sinyal-sinyal ini untuk kita bisa mendengar suara itu. Dengan menerjemahkan gelombang suara, kita bisa menerima informasi (ketinggian suara, besar kecilnya, dan macam suaranya) dan bisa mengetahui darimana suara itu berasal. 

"Buta"? ato Kurang "Teliti"?



Inattentional blindness adalah sebuah fenomena di mana orang seolah-olah ’buta’ terhadap sesuatu yang berada di wilayah pandangannya dan jelas-jelas ia (mampu) melihatnya. ’Kebutaan’ ini disebabkan karena pada saat itu kita sedang tidak memperhatikan, atau perhatian kita sedang terpusat pada hal lain, sementara jangka perhatian kita terbatas.
terkadang kita terlalu fokus ke satu titik saja tanpa melihat hal lain yang ada di sekitarnya...
ini adalah kelemahan kita sebagai manusia...

OTAK ALBERT EINSTEEN

Berkas:Otak Einstein.jpg
           Otak Albert Einstein sering dijadikan sebagai objek riset dan spekulasi. Otak dari tokoh fisika terbesar pada abad ke-20 ini diambil 7 jam setelah kematiannya pada tahun 1955. Otak ini menarik perhatian dunia karena reputasi Albert Einstein sebagai seorang jenius, dan nampaknya kelainan dan ciri khas di dalam otaknya ini mempunyai korelasi kuat dengan kemampuan intelegensi yang menyebabkan terciptanya banyak ide brilyen dalam dunia fisika dan matematika.
Mengenai pengambilan otak dan pengawetan ini apakah mendapat izin dari yang bersangkutan merupakan bahan perdebatan yang luas. Dalam biografinya yang ditulis oleh Ronald Clark (1971) dikatakan: "Dia sangat menyetujui agar otaknya dipakai sebagai objek riset dan meminta agar badannya juga dikremasikan". Namun pernyataan Ronald Clark ini nampaknya tidak begitu cocok, bahkan pengambilan otak inipun belum mendapat izin dari pihak keluarganya. izin dari anaknya yang bernama Hans Albert Einstein baru diberikan setelah pengambilan dilakukan, dan inipun disetujui jika otak tersebut hanya dipakai untuk kegiatan riset yang hasilnya dipublikasikan dalam jurnal ilmiah yang berkualitas tinggi.
Bagaimanapun juga, otak Einstein yang baru ditemukan kembali pada tahun 1978 ini mendapat perhatian yang luas terutama di dalam dunia ilmiah. Otak ini berada dalam sebuah botol batu yang diisi dengan cairan jus apel (cider) selama lebih dari 20 tahun.

Pahamilah Anak Kita



Banyak orangtua dan guru yang mengikuti seminar saya berkomentar “Oke, teknik yang Anda berikan untuk mengatasi problematika anak sangat bagus. Tapi, saya tidak yakin bisa menerapkan apa yang telah Anda ajarkan” lalu tanya saya “Apa sebabnya?”, “Pertama saya tidak disukai anak, berikutnya bagaimana mengkomunikasikan pada mereka ?”. Jelas ini adalah masalah, tapi tenang ada cara bagaimana memahami perilaku anak. Tapi sabar dahulu sebab ada bagian yang harus Anda pahami dahulu.


Banyak dari orangtua dan guru bertanya dalam pikiran mereka sendiri :


Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya?
Mengapa mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk akal (guru dan orangtua)
Mengapa mereka tidak mau mendengarkan walupun sudah diingatkan berkali-kali?
Mengapa anak saya membiarkan dirinya dipengaruhi oleh hal-hal negatif dari teman-temannya yang tidak berguna?


Nah, pertanyaan utama : bagaimana memahami perilaku dan pemikiran mereka?


Jawabanya adalah EMOSI mereka. Emosi sangat menguasai logika berpikir mereka anak-anak dan remaja. Remaja dan anak-anak jauh lebih banyak didorong oleh perasaan mereka daripada pemikiran yang baik untuk mereka. Dengan mengetahui hal ini, maka sia-sia upaya kita mengkuliahi mereka seharian. Membombardir pikiran mereka dengan nasehat positif, menjadikan diri kita motivator dadakan didepan mereka tidak akan mempan. Justru membuat anak bertambah “sebal” dengan kelakuan kita. komentar atau nasihat seperti : “kamu harus giat belajar”, “jangan buang waktumu dengan bermain terus”, “jaga kebersihan dikamarmu”, kecuali bila kita sudah terlebih dahulu mengenali perasaan mereka.


Dalam kondisi emosi yang negatif seorang anak tidak dapat menerima input dan nasehat bahkan titah sekalipun yang dapat mengubah perilaku mereka. Berbeda hasilnya jika kita mampu mengerti dan mengenali perasaan emosi mereka terlebih dahulu maka mereka akan terbuka dan mendengarkan saran logis dari kita. Anak–anak dan remaja akan melakukan sesuatu jika membuat mereka merasa nyaman atau enak di rasanya atau hatinya.




Sebelum melangkah lebih jauh, kita akan belajar bersama, bagaimana reaksi kita dalam menghadapi masalah anak. Seringkali jika ada masalah maka yang ada dibenak kepala kita umumnya ada 3 hal, yaitu :


1. Memberi Nasihat, misal: “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita pada umumnya “apa-apaan kamu ini sekolah bukan tempat belajar jadi tukang berantem, hanya penjahat yang menyelesaikan masalah dengan berantem”


2. Menginterogasi, misal: “Hp saya hilang di sekolah” respon kita pada umumnya “kamu yakin bukan kamu sendiri yang menghilangkan? Yakin kamu tidak lupa, coba diingat kembali”


3. Menyalahkan dan menuduh, misal: “tadi Edo dihukum karena tidak mengerjakan PR” respon kita pada umumnya “dasar anak malas, mulai hari ini kamu harus lebih disiplin dan perhatikan tugas disekolah”.


Setelah melihat ketiga contoh diatas, tidak ada satu ruang pun untuk mengakui perasaan atau emosi anak, betul? Seringkali kita ini hanya memberikan masukan tanpa mau mendengar apa yang sebenarnya terjadi (lebih tepatnya perasaan apa yang terjadi pada diri anak kita). Ketika emosi seorang anak diabaikan mereka akan lebih marah dan benci. Selama ini mereka berada dalam keadaan emosi negatif, semua nasihat-nasihat maksud baik kita tidak akan digubris, malah akan di “gubrak”.




Cara terbaik untuk memahami anak kita adalah, mengakui emosinya (kenali emosinya) dan beri mereka kekuatan untuk menemukan solusi atas masalah mereka sendiri. Caranya adalah:


1. Dengarkan mereka 100%, tatap matanya dengan tatapan datar atau sayang. (Berikan perhatian dan pengakuan)
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya. Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay, begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.


Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi dan pikirannya dengan bebas (saat kita ada untuk memberi dukungan emosional), kita akan melihat mereka dapat menemukan solusi sendiri untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya dari pendekatan ini adalah anak akan mengembangkan rasa percaya diri untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan menghadapi tantangan – tantangan hidup.


Misal : “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita “apa yang terjadi? Lukamu pasti sakit sekali yah.. oh, okay”


2. Mengenali dan mengambarkan emosi.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.




Nama Emosi dan Makna-nya :


Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil terhadap orang lain
Takut – Kita diharapkan antisipasi karena sesuatum yang tak diinginkan bisa saja terjadi
Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa terwujud
Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa berharga
Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang bermakna bukan hanya sekedar berteman
Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan mendapatkan tantangan baru
Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
Depresi – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan


Baiklah kita mulai dengan satu kasus, jika anak Anda datang kepada Anda dan berkata “Joni tidak mau bermain bola dengan ku” apa jawab Anda? “Sini main sama papa/mama, maen sama yang lain saja ya atau ya sudah.. maen sendiri saja”. Ketiga jawaban ini sekilas adalah jawaban klasik, dan memang dibenarkan karena sering dipakai. Pertanyaan saya ada Emosi apa dibalik kata-kata anak tersebut? Betul!! KECEWA, KESEPIAN, nah kalau begitu responnya bagaimana? “Hmm.. nak kamu pengen banget ya maen sama Joni?” atau “Hmm.. kamu kesepian yah, pengen main ya?” lalu tunggu responnya, biasanya anak akan bercerita panjang lebar, kemudian solusi sebaiknya diserahkan kepada anak, caranya “lalu apa yang bisa Papa/Mama bantu buat kamu? Mau maen sama Papa/Mama? Atau ada ide lain?” Biarkan anak memilih solusi terbaik bagi dirinya. Hafalkan tabel diatas dan gunakan untuk berkomunikasi dengan anak, pahami seiap kasus yang dialami anak.


Dengan turut mengerti perasaan emosi anak dan membiarkan menemukan solusi masalahnya sendiri maka anak akan merasa dipahami dan nyaman. Serta akan tumbuh rasa percaya diri dilingkungan yang menghargai dia. Dan berikutnya akan mudah bagi anak untuk terbuka terhadap orangtuanya, dan sikap saling percaya antara orangtua dan anak akan terbentuk dengan baik.




Sampai kini, kita telah belajar bagaimana caranya agar anak terbuka dan percaya pada kita, betul? Berikutnya bagaimana caranya mengarahkan? Caranya setelah kita mendengar dan mengerti perasaan dan emosi anak, serta menanyakan solusi terbaik menurut anak (jika anak sudah mampu berpikir untuk solusi) tanyakan “bolehkah Papa/Mama usul?” setelah ada ijin dari anak maka berikan masukan yang Anda rasa paling mujarab. Terkadang cara pandang anak tidak sama dengan orangtua, kita tahu jika anak memilih solusi yang kurang tepat (menurut orangtua) dengan nilai, norma yang berlaku di lingkungan sosial maka kita bisa “menggiringnya” dengan mudah karena langkah 1 dan 2 sudah dilakukan. Tentunya dengan model komunikasi yang sopan dan tetap menghargai anak.


Pintu gerbang kekerasan hati anak akan terbuka lebar saat kita mau menerima dan mengerti anak kita, dan anak akan mempersilahkan kita masuk dan bertamu didalam lubuk hatinya yang paling dalam. Ditempat itulah kita dapat meletakan pesan, arahan dan masukan positif bagi kebaikan masa depan anak.


Saya paham cara ini butuh waktu, semua solusi cerdas untuk meningkatkan kualitas keluarga butuh waktu. Ada namanya “waktu tunggu” untuk suatu hasil yang istimewa. Masakan yang enak dan sehat butuh waktu dan proses didapur, tidak sekian detik jadi. Nah kualitas apa yang kita mau untuk keluarga kita?

KEKUATAN KARAKTER BAGI MASA DEPAN ANAK

“Orang mungkin tidak mengetahui tujuan kehidupannya, tetapi ia harus tahu cara menjalani kehidupan”


           Saya melihat salah seorang siswa di lingkungan tempat tinggal saya sangat tekun belajar. Sampai-sampai, ia tidak sempat meluangkan waktu untuk bermain dengan teman sebayanya. Tuntutan sekolah yang begitu banyak membuatnya harus berlama-lama di kamar untuk mentransfer informasi yang ada di buku ke dalam otak atau memorinya. Saya sangat kasihan dengan siswa tersebut. Mengapa? Di satu sisi, siswa tersebut memang terasah kemampuan kognitifnya. Namun di sisi lain, ia mengalami ketimpangan atau kelumpuhan emosional (afektif). Hidup itu seperti naik sepeda, perlu sekali menjaga keseimbangan. Jika keseimbangan tidak terjaga maka akan jatuh.

          Melihat siswa tersebut, saya sarankan pada orangtuanya untuk membantu mengatur waktu, agar ia tidak terkurung di dalam kamar, sementara kawan-kawannya asyik bermain. Yang tidak ia sadari, bahwa bermain sebenarnya juga bagian dari proses belajar.


           Seperti yang kita ketahui, manusia sebenarnya memiliki daya cipta, rasa dan karsa. Karena itu, ketika hanya daya cipta (IQ) saja yang diasah, maka terjadi ketidakseimbangan. Lalu apa yang terjadi? Tentunya, efek dari pola pendidikan yang hanya menitik beratkan pada daya cipta (kognisi / IQ) saja dan mengabaikan rasa (afeksi / EQ) dan karsa (action) akan terasa dan terlihat di kala si anak tumbuh dewasa. Si anak tersebut akan lumpuh sosial. Mengapa saya katakan lumpuh sosial? Lumpuh sosial terjadi ketika si anak tidak mampu menjalin hubungan di lingkungan sosialnya. Padahal, dalam setiap pergaulan di masyarakat, baik pergaulan dalam pekerjaan, pergaulan organisasi, pergaulan di sekolah dan lain-lain pasti butuh untuk menjalin hubungan dan bekerjasama dengan sesama. Pada akhirnya bisa menghambat perkembangan potensi dirinya.

          Bukankah sudah menjadi kebutuhan mendasar kita sebagai manusia untuk saling bekerjasama. Dengan bekerjasama, sebenarnya kita membuka banyak peluang untuk mempelajari banyak hal. Dengan begitu kita bisa menambah kesempatan untuk mengeksplore diri kita. Inilah letak pentingnya pergaulan dan interaksi sosial.


         Dulu, orang tua memang mengarahkan anak-anaknya untuk mengasah IQ-nya. Sebab, IQ yang tinggi diartikan sebagai tingkat kecerdasan yang tinggi pula (dan konon jadi resep sukses kalo IQ tinggi). Namun, sebuah kesadaran baru akhirnya muncul bahwa ada kecerdasan lain yang juga tidak bisa diabaikan, yakni kecerdasan emosional.

         Keseimbangan antara kecerdasan kognitif (pengetahuan), perasaan (afektif) dan tindakan (action) akan membangun kekuatan karakter diri yang baik. Karakter diri sangatlah penting peranannya. Sebab, karakter diri adalah cara pikir dan prilaku yang khas dari individu untuk hidup dan bekerjasama dengan sekitarnya.

        Terkadang, karakter diri seseorang terasa tidak seimbang. Ada orang yang memiliki ide-ide brilian namun tidak mampu bekerjasama dengan teamworknya. Itu menunjukkan orang tersebut memiliki kecerdasan IQ yang baik sedang kecerdasan emosionalnya buruk. Ada juga orang yang memiliki otak cemerlang, dia juga baik, namun malas bekerja. Itu menunjukkan actionnya lebih lemah dibanding IQ dan EQ nya.


       Karakter diri akan semakin kuat jika ketiga aspek tersebut terpenuhi. Karakter diri yang baik ini akan sangat menentukan proses pengambilan keputusan, berperilaku dan cara pikir kita. Yang pada akhirnya akan menentukan kesuksesan kita. Lihat saja, seorang Nelson Mandela meraih simpati dunia dengan ide perdamaiannya. Bunda Teresa menggetarkan dunia dengan rasa cinta dan kepedulian terhadap sesamanya. Bung Karno dengan ide, kegigihan dan kecerdasannya masih terasa bagi kita bangsa Indonesia yang telah melalui tahun millennium.

         Semua itu adalah wujud dari kekuatan karakter yang mereka miliki. Ini menegaskan bahwa, karakter seseorang menentukan kesuksesan individu. Dan menurut penelitian, kesuksesan seseorang justru 80 persen ditentukan oleh kecerdasan emosinya, sedangkan kecerdasan intelegensianya mendapat porsi 20 persen.


Membangun Kekuatan Karakter

         Pada diri setiap individu memiliki karakternya masing-masing. Lingkungan memiliki peran penting dalam pembentukan karakter. Karakter kita, memiliki peran penting dalam proses kehidupan. Sebab, karakter mengendalikan pikiran dan perilaku kita, yang tentu saja menentukan kesuksesan, cara kita menjalani hidup, meraih obsesi dan menyelesaikan masalah.

         Sebenarnya masing-masing dari kita memiliki karakter yang khas. Dan, kekhasan karakter tersebut merupakan kekuatan karakter kita. Sebab, kekhasan atau keunikan itulah yang membedakan kita dengan individu lainnya. Si penghibur akan menebarkan semangat, si pengatur akan memanajemen organisasi. Mereka yang bijak dan tidak suka konflik bisa menjadi pendamai. Itu semua adalah kekuatan karakter. Dan, setiap karakter akan dibutuhkan dalam setiap pergaulan, baik pergaulan kerja, organisasi atau masyarakat.

          Ingatlah! Kekuatan karakter harus dibangun sejak awal. Membangun kekuatan karakter bisa dilakukan melalui pendidikan karakter baik di lingkungan formal seperti sekolah, atau non-formal seperti keluarga dan masyarakat. Pendidikan karakter diberikan melalui penanaman nilai-nilai karakter. Bisa berupa pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Output pendidikan karakter akan terlihat pada terciptanya hubungan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, masyarakat luas dan lain-lain.


         Pendidikan karakter tidak hanya diberikan secara teoritik di sekolah, namun juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu adalah bukti bahwa pendidikan yang diberikan telah merasuk dalam diri seseorang. Ketika makan bersikap sopan, ketika hendak tidur membaca doa, ketika keluar rumah berpamitan, tekun dan semangat mewujudkan obsesi dan cita-cita, jujur, berbuat baik kepada hewan dan tumbuhan, tidak membuang sampah di sembarang tempat dan lain-lain.

          Membangun kekuatan karakter dilakukan dengan melibatkan seluruh elemen. Sebab, setiap elemen akan berpengaruh dalam proses pembentukan karakter individu. Seorang anak akan meniru dan mengidentifikasi apa yang ada di sekelilingnya. Role model positif akan membentuk karakter yang positif dan sebaliknya role model negatif akan membentuk keprbadian dan karakter negatif. Karena itu, setiap unsur lingkungan hendaknya dibangun secara positif, sehingga karakter anak akan terbentuk secara positif juga.


           Lalu bagaimana cara membangun kekuatan karakter itu? Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar. Bayangkan sebuah lidi tidak akan memiliki daya untuk menghalau sampah-sampah. Namun, jika didukung oleh ratusan lidi yang lain akan membentuk satu kekuatan untuk membersihkan halaman rumah. Begitu juga dengan karakter, akan menjadi kuat ketika didukung oleh lingkungan. Peran keluarga, sekolah, masyarakat sangat dominan dalam mendukung dan membangun kekuatan karakter.

          Karakter yang kuat pada akhirnya akan berperan optimal di setiap interaksi sosial. Sehingga, individu dengan karakter kuat tersebut akan memberikan sumbangsih –baik moril atau spirituil- yang berdaya guna bagi sekitarnya.